Siswa SMAN 1 Amlapura Gelar Pameran Rekayasa Teknologi

3 weeks ago 1
ARTICLE AD BOX
Karya teknologi tersebut merupakan bagian dari pembelajaran IKMP5 (implementasi kurikulum merdeka projek penguatan profile pelajar Pancasila). Kasek SMAN 1 Amlapura I Ketut Marta Ariana memaparkan setiap siswa wajib punya karya bertema rekayasa teknologi. Dia memaparkan hal itu di sela-sela memantau pameran tersebut di SMAN 1 Amlapura, Jalan Ngurah Rai, Amlapura, Sabtu (26/10).

Kata dia, siswa kelas XII sebanyak 11 kelas. Tiap kelas dibagi 6 kelompok dengan per kelompok diisi 6 siswa. Setiap kelompok wajib membuat karya teknologi sesuai bakat dan kemampuan. “Rata-rata mereka bekerja selama tiga minggu, setelah mendapatkan ide,” jelasnya.

Kata Marta, sejumlah inovasi teknologi diimplementasikan sebagai aksi nyata hasil pembelajaran siswa. “Siswa praktik langsung. Mereka bisa merasakan bagaimana caranya merancang sebuah teknologi hingga bisa dioperasikan. Implementasi ini disertai menyertakan deskripsi tentang manfaat dan kegunaan barang yang diciptakan,” ujarnya.

Banyak siswa dalam praktiknya menggunakan bahan bekas hingga biaya yang dikeluarkan tidak banyak. Terpenting,  katanya, teknologi bisa direkayasa dengan biaya semurah mungkin. Tak kalah penting siswa mendapatkan pengetahuan baru dari inovasi yang dilakukan.

Kelompok 3 kelas XII, misalnya, menciptakan vacuum cleaner atau alat penyedot debu ukuran mini. Walaupun sangat sederhana setidaknya siswa telah mampu merekayasa teknologi. Kelompok yang dikoordinasikan Ni Kadek Putri Ayu Diah merancang bahan-bahan hingga jadi mesin penyedot debu memerlukan waktu 3 minggu.

Kelompok 2 kelas XII yang dikoordinasikan Ni Putu Yunita Pratiwi, hanya mengeluarkan Rp 20.000 per orang untuk merakit mesin air condition (AC). “Saya kerjakan selama 4 minggu, kendalanya mencari alatnya cukup lama," ujarnya.

Kelompok 7 dikoordinasikan Kanaya Maharani Wijaya mampu membuat kipas angin mini berbahan kardus dengan memanfaatkan energi baterai. “Saya dapat ide dari medsos, per orang keluar biaya Rp 10.000, beranggotakan 7 orang," katanya.

Kipas angin ciptaannya bisa dicoba setiap pengunjung. Kipas angin mini ini dibuat selama sebulan. Berbeda dengan kelompok lainnya mampu membuat spencer atau alat untuk menuangkan air. Ada juga kelompok membuat alat tes kelembaban tanah dengan menggunakan lampu listrik yang dihubungkan ke tanah.

Ni Kadek Sucitraningsih mengoordinasikan kelompoknya membuat alat untuk tes kelembaban tanah. “Kami mengumpulkan  biaya Rp 130.000, bisa dibuat alat untuk tes kelembaban tanah. Alatnya berupa lampu listrik, strum listrik dan tanah. Hasilnya bisa dibuktikan," katanya.7k16
Read Entire Article