ARTICLE AD BOX
GIANYAR, NusaBali
Sejumlah wisatawan mancanegara merasakan langsung spirit Bali, kekayaan warisan dan tradisi Bali yang unik dalam program Unveiling Bali. Program ini berlangsung selama tiga hari, Jumat (15/11) hingga Minggu (17/11) di Ibah Hotel Ubud dan sekitarnya. Tjokorda Raka Kerthyasa yang akrab disapa Cok Ibah menjelaskan, pengalaman mendalam dan mengesankan membuat para tamu tenggelam dalam perbincangan, diskusi intim, dan seni pertunjukan.
Wisatawan juga menyaksikan proses para perajin berkreasi. Termasuk demontrasi tenun tradisional, hiasan daun, ukiran kayu, lukisan, pembuatan layang-layang, dan kreasi persembahan spiritual. “Kami mencoba membuka tabir-tabir sejarah Bali semaksimal kami bisa menjangkau sesuai dengan juga referensi sastra yang ada,” jelas Cok Ibah didampingi putranya, Tjokorda Gede Kerthyasa. Tamu dikisahkan mulai dari sejarah Bali yang dulu sebenarnya jadi satu dengan Jawa dan Sumatera.
Selanjutnya tentang pengaruh dari peradaban asing ke Bali, interaksi budaya yang terjadi dari era ke era. “Sejarah ini membuat kekayaan budaya Bali seperti yang kita nikmati sekarang. Nanti ke depannya bagaimana, harus ada orang genius yang bisa menjaga memelihara, melindungi, dan juga mengembangkan budaya yang akan kita hadapi di masa datang sehingga taksu Bali tidak terjerit ke visualisasi sama modernisasi yang menyimpang dari tatanan,” jelas Cok Ibah. Dalam program sepanjang akhir pekan ini, tamu menyusuri arsitektur Bali dan menjelajahi pameran fotografi yang menampilkan lanskap budaya unik Bali.
Di samping itu, pengalaman tamu diperkaya dengan mengikuti diskusi bersama para tetua Bali tentang transmisi pengetahuan serta pertunjukan wayang, musik, tari tradisional, dan film yang menghidupkan kisah Bali. “Kadang orang Bali dalam mengerjakan sesuatu terutama persembahan tidak tahu menyampaikan apa tujuan dan arti sebuah jaitan. Tapi mereka melakoni secara tulus ikhlas dan yakin. Dan itu menjadi sebuah sistem di Bali. Melibatkan semua unsur dengan sistem banjar, desa adat, sanggah, merajan,” jelasnya.
Cok Ibah meyakini hal-hal unik Bali inilah yang membuat wisatawan mancanegara tergugah untuk datang ke Bali. Maka dari itu, tatanan ini harus dijaga bersama. “Dengan kondisi sekarang, ya adat dan pemerintah harus saling menjaga dalam konteks infrastruktur, pelestariannya dan batasan-batasannya mana yang bisa diinovasikan mana tidak. Karena fungsi pelestarian itu kita meneliti nilai historisnya, simbolisnya. Tidak hanya mengubah untuk kepentingan visualisasi atau glamour semata,” tegasnya.
Salah satu tradisi unik yang dinikmati tamu dalam program ini yakni magibung. Daun pisang digelar di atas meja masing-masing dengan nasi kuning berada di posisi tengah. Lawar, ayam betutu, jukut ares siap di hadapan setiap tamu. Seperti halnya magibung di balai banjar, tamu menggunakan tangan untuk menikmati hidangan. Tanpa canggung, mereka makan begitu lahap dan terkesan. Program Unveiling Bali ini rencananya akan digelar secara berkelanjutan. Bagi Cok Ibah, membongkar sebuah perjalanan budaya ini seperti mengupas bawang. “Tidak cukup satu kali saja,” ujarnya. 7 nvi