ARTICLE AD BOX
Pengumuman pemenang Lomba Ogoh-ogoh Bli Braya Se-Kabupaten Buleleng Tahun 2025 digelar di Sekretariat Puri Segara Bebetin, Kecamatan Sawan, Sabtu (19/4). Mengusung tema ‘Nangun Sat Kerthi Loka Bali Tahun Caka 1947’, kegiatan ini dirancang dengan konsep tanpa menggunakan sampah plastik.
Seluruh aktivitas mengedepankan pemanfaatan bahan daur ulang dan ramah lingkungan sebagai bentuk kontribusi dalam pelestarian alam dan budaya Bali. Kegiatan ini diikuti oleh 38 sekaa teruna atau banjar dari berbagai wilayah di Kabupaten Buleleng.
Pemenang Lomba Ogoh‑ogoh Bli Braya 2025 adalah ST Witta Ragha dari Dusun Dajan Margi, Desa Nagasepaha, Kecamatan Buleleng sebagai juara pertama. Posisi kedua ditempati Yowana Manik Hasta Gina dari Lingkungan Sangket, Kecamatan Sukasada, dan ST Sari Kumuda dari Banjar Jro Gusti, Desa Bungkulan meraih juara ketiga.
Penghargaan harapan pertama jatuh kepada ST Kharisma dari Banjar Delod Peken, Kelurahan Kendran, Singaraja. Harapan kedua adalah ST Dharma Satya dari Desa Tukadmungga. ST Wira Yudha Wahana Penarungan dari Banjar Penarungan, Kelurahan Penarukan, sebagai harapan ketiga.
Sementara kategori favorit dipimpin oleh Babakan Polle dari Desa Bengkala, disusul STT Prubakara di Jalan Sam Ratulangi, Penarukan, dan STT Tunas Teratai Tunjung Mekar dari Desa Sudaji.
Penghargaan khusus untuk kreativitas ogoh‑ogoh terunik dalam hal sinopsis dan tema diberikan kepada Banjar Delod, Desa Busungbiu; terunik dalam penggunaan media dan kreativitas jatuh ke Pang‑Len Community, Desa Kubutambahan, dan terunik dalam sudut visualisasi tema berhasil diraih Yowana Sahwahita dari Lingkungan Abian Kauh Banjar Dauh Munduk, Desa Bungkulan.
Seluruh rangkaian acara dikonsepkan ramah lingkungan, dengan penggunaan bahan-bahan yang dapat didaur ulang serta meminimalkan limbah plastik. Hal ini dimaksudkan untuk mendukung program Pemerintah Provinsi Bali tentang pengurangan sampah plastik sekali pakai. Penerapan konsep ini menjadi bagian dari semangat Nangun Sat Kerthi Loka Bali yang ingin menjaga keseimbangan alam, budaya, dan kehidupan masyarakat Bali secara berkelanjutan.
Dalam lomba ini, karya ogoh-ogoh dinilai tidak hanya dari sisi visual dan kreativitas, tetapi juga dari penerapan prinsip ramah lingkungan dan kekuatan pesan budaya yang dibawakan. Bahkan salah satu pemenang dinilai unggul karena secara penuh menggunakan bahan daur ulang, tanpa campuran plastik sekali pakai dalam karya ogoh-ogohnya.
Ketua LSM Bli Braya Bali Prof Dr Sukawati Lanang P Perbawa, menyampaikan konsep tanpa sampah plastik telah diterapkan menyeluruh selama kegiatan berlangsung. Menurutnya, seluruh peserta juga telah diarahkan untuk memahami makna tema sejak awal penilaian. Meskipun tidak melibatkan komunitas lingkungan hidup secara khusus maupun dukungan teknis dari Pemkab Buleleng, nilai-nilai edukasi pengelolaan sampah tetap ditanamkan dengan baik.

Foto: Ogoh-ogoh karya ST Witta Ragha dari Dusun Dajan Margi, Desa Nagasepaha, Kecamatan / Kabupaten Buleleng menjadi juara pertama lomba. -IST
“Kegiatan ini bertujuan untuk melestarikan dan mengajegkan seni budaya Bali khususnya di Buleleng. Selain itu dengan diselenggarakannya acara ini tanpa menggunakan plastik dapat menjadi contoh yang baik dan pastinya akan ramah lingkungan untuk melestarikan alam dalam menyelenggarakan kegiatan yang sifatnya umum,” kata Guru Besar Tetap Bidang Hukum Pemilu Universitas Mahasaraswati Denpasar, ini dihubungi NusaBali, Minggu (20/4) malam.
Dia juga menyoroti tingginya antusiasme generasi muda terhadap kelestarian budaya Bali melalui ajang ini. Banyak sekaa teruna yang berharap kegiatan ini dapat digelar kembali tahun depan, karena dinilai memberi ruang aktualisasi yang positif dan konstruktif. Ini merupakan tahun kedua pelaksanaan lomba oleh LSM Bli Braya.
Dekan Fakultas Hukum Universitas Mahasaraswati ini juga menampung aspirasi sejumlah sekaa teruna yang mendorong agar cakupan lomba diperluas di tahun mendatang, tidak hanya sebatas ogoh-ogoh besar, tetapi juga melibatkan kategori ogoh-ogoh mini, baleganjur, dan sebagainya.
Selain itu, kegiatan ini juga menjadi bagian dari pembicaraan untuk memperluas ide dan gagasan dalam memberi ruang berkembang bagi ekonomi kreatif, khususnya bagi para seniman dan perajin lokal. Ke depan, lomba ogoh-ogoh diharapkan tidak hanya berperan sebagai sarana pelestarian budaya, tetapi juga sebagai wadah ekspresi kreatif yang bernilai ekonomi.
Perancang Ogoh-ogoh ST Nagasepaha Ketut Rony Sugiana, mengatakan bersyukur keluar menjadi juara I. Dalam lomba ini ST merancang ogoh-ogoh Singaraja, menceritakan sosok I Gusti Anglurah Panji Sakti raja pertama Buleleng. Kewibawaannya digambarkan dengan Singa bersayap. Singa melambangkan raja dan sayap melambangkan kekuasaan. Ogoh-ogoh ini dibuat selama tiga bulan penuh pada Januari–Maret.
“Biaya sekitar Rp 18 juta, gerakan di kepala dan sayap. Kemarin kami kendala di konstruksi dan hiasan karena pakai kaleng bekas, agak susah digunting, perlu hati-hati biar tidak luka,” ucap pemuda 18 tahun ini.
Rony menyebut mengikuti lomba setelah tahun info di Instagram. Proses penjurian dilakukan sebelum Nyepi. Tim juri mendatangi langsung lokasi pembuatan ogoh-ogoh semua peserta. Penilaian hanya dilakukan pada bentuk fisik ogoh-ogoh tanpa pertunjukan dan parade pengarakan.
Rony berharap lomba seperti ini bisa terus digelar setiap tahun untuk memperkuat budaya sekaligus mempererat solidaritas antarbanjar di Buleleng.
“Kegiatan yang dilakukan oleh LSM Bli Braya ini begitu postif dan menjadi sebuah kebanggaan kami di Buleleng untuk berpartisipasi dalam menuangkan ide kreativitas dalam seni pembuatan ogoh-ogoh. Selain itu juga semoga kegiatan ini dapat dilakukan setiap tahun,” ucap Rony.
LSM Bli Braya sendiri sudah menyiapkan diri untuk menggelar kembali lomba ini pada tahun depan jika Pemkab Buleleng tidak mengadakannya. Dengan tema yang akan dipilih berbeda lagi, LSM Bli Braya berharap bisa terus memacu kreativitas dan semangat ajeg budaya di kalangan generasi muda. 7 t, k23