PSG Cetak Rekor Kemenangan Terbesar di Final Liga Champions

1 day ago 8
ARTICLE AD BOX
Kemenangan 5-0 PSG merupakan margin kemenangan terbesar sepanjang sejarah final Liga Champions. Sebelumnya, rekor dipegang oleh tiga kemenangan 4-0: AC Milan atas Barcelona (1994), AC Milan atas Steaua Bucharest (1989), dan Bayern München atas Atlético Madrid (1974).

Lima gol PSG dicetak oleh Achraf Hakimi pada menit ke-12, dua gol dari penyerang muda Désiré Doué (19 tahun), serta masing-masing satu gol dari Khvicha Kvaratskhelia dan pemain pengganti Senny Mayulu.

Kemenangan ini sekaligus menyempurnakan musim PSG yang sukses merebut treble: juara Ligue 1, Coupe de France, dan Liga Champions.

PSG membuka keunggulan cepat lewat kombinasi umpan dari Vitinha kepada Doué, yang kemudian memberi umpan matang kepada Hakimi untuk mencetak gol. Delapan menit kemudian, tembakan Doué membentur bek Inter, Federico Dimarco, dan masuk ke gawang. Ia mencetak gol keduanya di menit ke-63, sementara Kvaratskhelia (menit 73) dan Mayulu (menit 86) melengkapi pesta gol PSG.

Doué menjadi pemain muda pertama sejak Eusebio pada 1962 yang mencetak dua gol di final Liga Champions.“Saya tidak bisa berkata-kata. Ini sungguh luar biasa,” ucap Doué usai pertandingan.

PSG selama lebih dari satu dekade dikenal sebagai klub “superstar” dengan pemain-pemain kelas dunia seperti Lionel Messi, Neymar, Zlatan Ibrahimovic, dan Kylian Mbappé. Namun justru di musim pertama tanpa Mbappé—yang hengkang ke Real Madrid tahun lalu—mereka menjuarai Eropa, usai mengubah strategi menjadi fokus pada talenta muda.

"Ini sejarah. Nama kami tercatat dalam sejarah klub," ujar Achraf Hakimi usai laga. "Luis Enrique adalah sosok yang mengubah segalanya di PSG. Ia pantas mendapatkannya."

Kemenangan ini menjadikan PSG klub Prancis kedua yang pernah mengangkat trofi Liga Champions, setelah Olympique Marseille pada 1993. Bagi pelatih Luis Enrique, ini merupakan gelar keduanya di kompetisi ini setelah menjuarai Liga Champions bersama Barcelona pada 2015.

Pertandingan juga diwarnai momen emosional saat suporter PSG membentangkan tifo bergambar putri Luis Enrique, Xana, yang meninggal akibat kanker tulang pada 2019 dalam usia 9 tahun. Banner menggambarkan Xana menancapkan bendera PSG di tengah lapangan bersama sang ayah—reka ulang dari momen Enrique dan Xana usai final Liga Champions 2015.

"Itu sangat menyentuh dan indah," kata Enrique. "Saya tak perlu trofi untuk mengingat putri saya. Ia selalu bersama kami."

Masa Depan Inzaghi Suram

Pelatih Inter Milan, Simone Inzaghi, menolak memastikan masa depannya usai kekalahan memalukan tersebut. Ia disebut tengah didekati klub Arab Saudi, Al Hilal.

“Saya tidak bisa menjawab itu sekarang,” ujarnya dalam konferensi pers. “Ini bukan waktu yang tepat. Saya menghargai media, tapi saya terlalu kecewa.”

Inzaghi mengakui keunggulan PSG. “Kami kalah dari tim yang lebih segar dan lebih baik secara teknis. Kami tidak tampil baik secara taktis. PSG pantas menang,” kata dia.

Inter akan berlaga di Piala Dunia Antarklub FIFA melawan Monterrey di Pasadena, Amerika Serikat, pada 17 Juni mendatang. Namun keikutsertaan Inzaghi sebagai pelatih masih tanda tanya.

Read Entire Article